Bab 11 Perilaku Reproduksi



Modul 11.1
Seks dan hormon


Satu tipe hormon steroid memiliki empat cincin karbon.
Steroid merupakan senyawa organik  dari  lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dari hasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen, androgen, Glikokortikoid, mineralkortikoid. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.

Hormone steroid menjalankan fungsinya dengan tiga cara (Nadal, Diaz & Valverde 2001).

Pertama, mereka melekat pada membrane reseptor seperti halnya neurotransmitter. Kedua, mereka masuk kedalam sel dan mengaktivitasi protein-protein tertentu di sitoplasma. Ketiga, mereka melekat pada kromosom untuk mengaktivitasi atau menginaktivasi gen gen tertentu.


Gambar di atas merupakan cara kerja dari Hormon Steroid


Hormone seks-hormon estrogen, progesterone, dan androgen adalah hormone steroid kategori khusus.




  Gambar11.1 Hormon steroid

     
     

      1.   Estrogen



Estrogen (estrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormone seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.

Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks, seperti; payudara dan rambut pubik; mengatur siklus menstruasi. Hormon estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elastisitas dinding vagina, serta memicu produksi cairan vagina. Mereka juga berperan menjaga tekstur dan fungsi payudara(guyton, 2009)



     2.Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita, mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis. Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami. Progesteron memiliki efek fisiologis sebagai berikut(guyton,2009)


 3.Androgen,

Hormon androgenik atau testoid, adalah istilah generik untuk senyawa alami atau sintetis. Androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki vertebrata dengan mengikat reseptor androgen yang juga merupakan pendukung aktivitas organ seks pria dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder laki-laki.


Pengaruh Hormon Seks yang Mengatur

Jika kita menyuntikkan estrogen kejantan dewasa dan androgen ke betina dewasa, dapatkah kita membuat jantan dewasa berperilaku sebagai betina dan betina dewasa berperilaku sebagai jantan? Peneliti pada kurun tahun 1950-an  dan 1960-an yang meneliti  beragam jenis mamalia dan burung, terkejut ketika menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, dan jawabannya adalah tidak. Namun, apabila hormon yang sama disuntikkan ketika individu tersebut masih muda, maka akan menghasilkan pengaruh yang lebih kuat.

Pada masa masa awal kehidupan, hormon mengeluarkan pengaruh yang bersifat sementara dikala hormon sedang mengatur perkembangan tubuh. Selama masa puber. hormon dapat menimbulkan perubahan struktur yang bertahan lama dan juga menimbulkan pengaruh yang bersifat mengatur (Arnold & Breedlove,1985;C.L. Wiliams,1986).

Perbedaan Seks Pada Gonad 

Diferensiasi seksual dimulai dari tahap kromosom. selain kromosomautosom (kromosom nonkelamin), mamalia betina memiliki 2 kromosom X; jantan memiliki memililiki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Dalam masa perkembangan pranatal (sebelum kelahiran) , mamalia jantan dan betina sama-sama memiliki satu rangkaian duktud Mullerian dan satu rangkaian duktus Wolffian serta sepasang gonad primitif (2 testis atau 2 ovarium). Didalam kromosom Y mamalia jantan, terdapat gen penentu seks pada kromosom Y (sex determining region on the Y chromosome-SRY) yang menyebabkan gonad primitif berkembang menjadi testis, yaitu organ penghasil sperma.

Diferensiasi seksual bergantung terutama pada kadar testosteron selama periode sensitif, yaitu sebuah periode awal saat hormon memiliki pengaruh yang bertahan lama. periode sensitif manusia untuk pembentukan kelamin berda disekitar bulan ketiga dan keempat masa kehamilan (Money & Ehrhardt, 1972)

Perbedaan Seks Pada Hipotalamus

PENGERTIAN HIPOTALAMUS
Hipotalamus adalah bagian otak yang merupakan pusat kontrol sistem saraf autonom. hipotalamus terletak tepat di atas batang otak. Organ ini berbentuk kelenjar yang termasuk ke dalam bagian dari sistem endokrin. Pada manusia ukuran hipotalamus hampir sama dengan ukuran kacang dan menyumbang 1 % dari berat otak secara keseluruhan. 


                                                             



HIPOTALAMUS
Selain mengendalikan perbedaan kelamin eksternal, hormon seks pada masa awal perkembangan juga melekat pada reseptor dibagian-bagian tertentu pada hipotalamus, amigdala, dan area-area otak lain (Shah dkk,2004) Oleh sebab itu , hormon-hormon tersebut akan memicu diferensiasi seks dalam hal anatomi dan fisiologi.

Sebagai contoh , sebuah bagian di hipotalamus anterior yang dikenal dengan nama nukleus dimorfik seksual, berukuran lebih besar pada jantan daripada betina dan berperan dalam pengendalian perilaku seksual jantan. Bagian-bagian hipotalamus betina dapat menghasilkan pola pelepasan hormon bersiklus, seperti pada siklus menstruasi betina. Hipotalamus jantan tidak dapa melakukan hal tersebut, begitu pula dengan dengan hipotalamus betina yang telah terpapar testosteron  tambahan pada masa awal penkembangan.

Perbedaan Seks Pada Korteks Serebrum Dan Kognisi

Hormon pada masa awal perkembangan juga memengaruhi korteks serebrum, mengendalikan laju apoptosis  relatif di berbagai area otak. Sebagai contoh, beberapa area otak secara proporsional berukuran lebih besar pada pria dan terdapat area otak lain yang secara proposional berukuran lebih besar pada wanita (J.M. Goldstein , dkk, 2001; Nopoulos, Flaum; O'Leary; & Andreasen, 2000). Pria cenderung memiliki jumlah substansi putih yang lebih banyak daripada wanita. Secara rata rata, wanita memiliki kepadatan neuron yang lebih tinggi pada lobus temporal yang berperan penting dalam bahasa. Area yang terkait bahasa lebih besar di belahan otak kiri daripada otak kanan untuk kedua jenis kelamin, tetapi nilai perbedaan tersebut lebih besar pada wanita daripada pria (Good dkk., 2001). 
Apakah hormon seks memengaruhi performa intelektual? Secara rata-rata, pria dan wanita memiliki sesikit perbedaan dalam hal yang konsisten. Dalam sebagian besar mata pelajaran sekolah, terutama yang berkaitan dengan membaca, remaja wanita memiliki nilai yang lebih baik daripada remaja pria (Halpern 2004) Secara rata-rata, untuk tugas rotasi dan orientasi garis diluar kepala. Pencapaian remaja pria lebih baik daripada remaja wanita. Akan tetapi, performa pada tugas-tugas tsb tidak berkorelasi konsisten dengan kadar hormon seksual wanita san pria  (Halari dkk., 2003)

Pengaruh Hormon Seks yang Mengaktivasi
Kadar testosteron atau estradiol mengeluarkan pengaruh yang mengaktivasi sehingga mengubah perilaku secara sementara, bukan saja pada masa awal periode sensitif, tetapi juga pada tiap saat dalam hidup. Perilaku juga dapat memengaruhi sekresi hormon. 
Sebagai contoh,  ketika merpati saling bercumbu, tiap tahap perilaku mereka memicu perubahan hormon yang mengubah kesiapan merpati tersebut untuk rangkaian perilaku berikutnya (C. Erickson & Lehrman, 1964, Lehrman, 1964; Martinez Vargas & Erickson 1973).
Tidak ada kasus yang memperlihatkan bahwa hormon menimbulkan perilaku seksual. Hormin mengubah aktivitas beragan area otak untuk mengubah cara otak merespons beragam stimulus. Hormon juga mengubah sensitivitas pada penis, vagina dan serviks ( Etgen, Chu, Fiber, Karkanias & Morales, 1999)

Hewan Pengerat 
Setelah testis hewan pengerat jantan dihilangkan atau ovarium hewat pengerat betina dihilangkan, perilaku seksual akan menurun seiring dengan penurunan hormon seks. Hormon seks tidak hilang seluruhnya, sebagian alasannya karena kelenjar adrenal juga memproduksi hormon steroid. Penyuntikan testosteron ke hewan jantan yang di kebiri akan memulihkan perilaku seksual, begitu juga yang terjadi pada penyuntikan dua metabolit utama testosteron, yaitu dihydrotestosteron dan estradiol (M.J. Baum & Vreeburg, 1973) sebuah kombinasi antara estradiol dan progesteron adalah kombinasi paling efektid untuk betina (yang dikebiri) (Matuszewich, Lorrain, & Hull, 2000).

Manusia 

Walaupun ketergantungan manusia terhadap kadar hormon seksual lebih kecil dibanding spesies-spesies lain, perubahan hormon dapat meningkatkan ataupun menurunkan kegairahan seksual. Hormon seksual tersebut juga memengaruhi beberapa sistem otak yang fungsinya tidak langsung berkaitan dengan seks. 
Sebagai contoh, testosteron menurunkan rasa nyeri dan kegelisahan serta estrogen mungkin memiliki efek yang sama (Edinger & Frye, 2004).

Pria

Pada pria, kenikmatan seksual tertinggu terjadi ketika kadar testosteron berada pada level tertinggi, yaitu sekitar umur 15-25 tahun. Hormon oksitosin juga berperan dalam kenikmatan seksual. Tubuh melepaskan oksitosin dalam jumlah yang besar selama orgasme berlangsung, konsentrasinya di dalam darah dapat mencapai tiga kali diatas kadar normal dalam darah. Beberapa studi mendukung adanya hubungan antara oksitosin dan kenikmatan seksual ( M.R. Murphy, Checkley, Seckl & Lightman, 1990).
Secara umum, penurunan kadar testosteron akan menurunkan kenikmatan seksual pria. Sebagai contoh, pengebirian (penghilangan testis) secara umum menurunkan ketertarikan dan aktivitas seksual hewan jantan (Carter, 1992).

Wanita 
Kelenjar hipotalamus dan pituitari wanita berinteraksi dengam ovarium untuk menghasilkan siklus menstruasi , sebuah periode ketika kadar hormon dan kesuburan mengalami perubahan dan berlangsung sekitar 28 hari


(gambar 11.6)

Setelah akhir periode menstruasi, pituitari anterior melepaskan folliclestimulating hormone (FSH) yang akan memicu pertumbuhan folikel dalam ovarium. Folikelakan (merawat) memberi nutrisi ke ovum dan menghasilkan beberapa tipe estogen, termasuk estradiol. Pada pertengahan siklus menstruasi, folikel membentuk reseptor FSH terus menerus.
Oleh karena itu, walaupun terjadi penurunan konsentrasi FSH didalam darah, pengaruh FSH pada folikel memproduksi estradiol  dalam jumlah yang semakin banyak. Meningkatnya pelepasan estradiol akan menyebabkan meningkatnya pelepasan Iuteinizing hormone (LH) dari pituitari anterior (lihat grafik disisi atas pada gambar 11.6)

Perilaku Parental

Pada burung dan mamalia dengan pengecualian manusia perubahan hormon mempesiapkan induk betina untuk perilaku parental. Pada masa akhir kehamilan (atau pengeraman telur pada burng), induk betina menyekresi estradiol, prolaktin, dan oksitosin dalam jumlah tinggu ( Pederson, Caldwell, Walker, Ayers, & Mason, 1994) Prolaktin dibutuhkan untuk produksi susu dan juga beberapa aspek perilaku maternal, misalnta mengembalikan anak yang keluar dari sarang. Pada spesies yang melibatkan induk jantan dalam pemeliharaan anak, prolaktin juga berperan penting untuk perilaku jantan (Schradin & Anzenberger, 1999) 
Oksitosin adalah hormon yang sangat mengagumkan, memiliki efek yang berkisar dari perilaku maternal hingga kegairahan seksual, keterikatan sosial.

Bahasan Penutup: Perilaku Reproduksi dan Motovasi

Induk betina tikus menjilati seluruh tubuh anaknya segera setelah ia dilahirkan. Stimulasi tsb sangat penting agar anak tikus dapat bertahan. Mengapa induk betina melakukan tsb? Mungkin ia tidak mengerti bahwa menjilat dapat membantu anaknya bertahan. Dia menjilati anaknya karena anaknya ditutupi oleh cairan asik yang terasa enak. Jika induk tsb dapat menjilat cairan asin lain, maka ia akan berhenti menjilati anaknya ( Gubernick & Alberts, 1983)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bab 5 Perkembangan dan Keplastikan Otak

Bab 13 Biologi Pembelajaran dan Memori